22 Warga Kadudampit
Keracunan Makanan
SUKABUMI – Peristiwa keracunan massal kembali terjadi
di Kabupaten Sukabumi. Rabu (20/3) malam, sebanyak 22 warga Kampung Cijagung,
RT 32 RW 08, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, mengalami keracunan,
diduga setelah mengonsumsi nasi kotak yang dibagikan pada acara pengajian.
Berdasarkan informasi, keracunan massal terjadi setelah digelarnya acara pengajian dalam rangka 40 hari meninggalnya salah seorang warga Kampung Cijagung. Acara diikuti 47 warga. Selang beberapa jam setelah pengajian, warga mengeluhkan gejala yang sama yakni mual, pusing, dan muntah-muntah. Awang, 30, warga setempat mengatakan, gejala keracunan itu diduga akibat mengonsumsi nasi kotak yang diperolehannya dari acara pengajian.
Sebab, dua anaknya, Angga, 11, dan Jasmin, 7, mengalami pusing dan mual-mual sesaat setelah menyantap nasi kotak. “Saya tidak sempat memakannya, nasi kotak itu dimakan kedua anak saya. Mereka mengalami gejala serupa, seperti mual dan pusing. Bahkan, salah satunya terserang diare,” kata Awang.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid mengatakan, keracunan massal yang menimpa warga Kadudampit ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Status ini dilatari jumlah korban yang melebihi dari dua orang.
Untuk mengungkap penyebab keracunan itu, Dinkes telah mengambil sampel makanan serta muntah dari salah satu korban untuk diteliti di laboratorium di Bandung. Untuk menangani masalah tersebut, pihaknya membuka posko penanggulangan keracunan di sekitar lokasi kejadian.
“Posko itu akan siaga selama tiga hari,” terangnya. Sebelumnya, 58 warga Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, juga mengalami keracunan seusai menyantap nasi bungkus pada acara perayaan ulang satu salah seorang warga Kampung Selagedang. ● toni kamajaya
Berdasarkan informasi, keracunan massal terjadi setelah digelarnya acara pengajian dalam rangka 40 hari meninggalnya salah seorang warga Kampung Cijagung. Acara diikuti 47 warga. Selang beberapa jam setelah pengajian, warga mengeluhkan gejala yang sama yakni mual, pusing, dan muntah-muntah. Awang, 30, warga setempat mengatakan, gejala keracunan itu diduga akibat mengonsumsi nasi kotak yang diperolehannya dari acara pengajian.
Sebab, dua anaknya, Angga, 11, dan Jasmin, 7, mengalami pusing dan mual-mual sesaat setelah menyantap nasi kotak. “Saya tidak sempat memakannya, nasi kotak itu dimakan kedua anak saya. Mereka mengalami gejala serupa, seperti mual dan pusing. Bahkan, salah satunya terserang diare,” kata Awang.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid mengatakan, keracunan massal yang menimpa warga Kadudampit ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Status ini dilatari jumlah korban yang melebihi dari dua orang.
Untuk mengungkap penyebab keracunan itu, Dinkes telah mengambil sampel makanan serta muntah dari salah satu korban untuk diteliti di laboratorium di Bandung. Untuk menangani masalah tersebut, pihaknya membuka posko penanggulangan keracunan di sekitar lokasi kejadian.
“Posko itu akan siaga selama tiga hari,” terangnya. Sebelumnya, 58 warga Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, juga mengalami keracunan seusai menyantap nasi bungkus pada acara perayaan ulang satu salah seorang warga Kampung Selagedang. ● toni kamajaya
ANALISIS KASUS
Fenomena kasus
keracunan berdasarkan analisis epidemiologi yaitu keracunan dalam kasus di
Sukabumi termasuk dalam kasus kejadian
luar biasa (KLB), keracunan makanan yang terjadi di daerah Sukabumi rabu (20/3)
berdampak bagi banyak pengonsumsi makanan. Seperti para undangan yang hadir
dalam acara tersebut. Banyak sekali kondisi atau faktor yang mempengaruhi
insidens keracunan makanan. Faktor-faktor keracunan yaitu:
·
Industrialisasi,
·
Urbanisasi,
·
Perubahan gaya hidup,
·
Populasi yang padat,
·
Perdagangan bebas,
·
Higine lingkungan yang buruk,
·
Kemiskinan, dan
·
Ketiadaan fasilitas menyiapkan makanan.
Proses
keracunan dan peristiwa keracunan itu sendiri merupakan sebuah peristiwa medis.
Khususnya bila dikaitkan dengan adanya bakteri atau kuman yang masuk ke dalam
tubuh seseorang dengan makanan sebagai medisnya. kalangan ilmuwan medis hanya
berusaha menjadi penyebab seseorang mengalami keracunan. Bila ditemukan
sumbernya, maka selesailah sudah upaya pemecahan masalah “misteri” keracunan
tersebut. Dengan ditemukannya jenis makanan yang mengandung sumber keracunan,
tampaknya belum dapat mengungkapnya realitas sosial yang sedang terjadi di
masyarakat. Dan oleh karena itu, perlu ada sebuah analisis lanjutan mengenai
munculnya peritiwa keracunan makanan tersebut melalui Dinas Kesehatan.
Berdasarkan
analisis kejadian yang terjadi di Sukabumi, bisa disimpulkan bahwa keracunan
terjadi dari beberapa faktor yang telah disebutkan diatas. Saat ini yang sering
dilihat dari kacamata masyarakat umum bahwa masyarakat memakan makanan hampir tidak
diteliti terlebih dahulu, seperti dari sisi warna makanan, atau aroma makanan.
Saat ini banyak sekali pewarna makanan yang menggunakan pewarna dari bahan
tekstil, yang bisa menyebabkan para konsumen menjadi mual, muntah, sakit perut, tekanan darah rendah, bahkan bisa terjadi kanker. Pola konsumsi, kita arahkan untuk
membelah sebuah perilaku konsumsu masyarakat. Sedangkan tradisi pemasaran
diarahkan untuk mendeskripsikan perilaku distributor atau produsen makanan
dalam memasarkan makanannya. Dalam menganalisis kedua hal tersebut, pada
dasarnya dapat dipisahkan dengan jelas, namun tetap perlu dipahami dalam
konteks yang bersamaan karena kedua hal tersebut memiliki ruang transaksi
kepentingan yang sangan erat.
Penanganan yang harus dilakukan jika terjadi keracunan (seperti
pusing, sakit perut, diare, muntah-muntah atau mual) :
·
Memberikan susu kepada
yang sedang menderita keracunan dapat dilakukan, karena bisa membantu bakteri
yang ada di dalam tubuh.
·
Janganlah memberikan
makanan yang berupa padat pada penderita, karena dapat menambah mual dan
muntah.
·
Sebaiknya berikan
minuman biasa dan bukan minuman yang manis dan berkafein untuk menjauhi dehidrasi.
Dan apabila kondisi penderita bertambah parah, maka dia
membutuhkan bantuan medis dan bisa dibawa ke dokter untuk meminta obat dan
bantuan untuk mengatasi keracunan makanan tersebut.
Kasus
keracunan bisa terjadi karena si produsen menggunakan bahan-bahan yang tidak
sewajarnya dalam pencampuran makanan, sehingga membuat para konsumen menjadi
terasa mual, pusing yang disebutkan bahwa itu adalah tanda-tanda keracunan.
Nah, sebenarnya apa sih arti dari kata keracunan itu sendiri?
Keracunan adalah suatu keadaan di mana terjadi gangguan fungsi organ tubuh
karena kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan gejala klinis yang timbul
keracunan dibedakan atas keracunan akut, keracunan subklinis dan keracunan
samar. Keracunan yang terjadi di daerah Sukabumi bisa termasuk sebagai keracunan
akut karena bisa menyebabkan kematian meskipun tidak ada korban jiwa. Keracunan
akut sendiri merupakan keadaan gawat darurat yang harus mendapatkan penanganan
segera, baik di tempat kejadian maupun di sarana kesehatan yang terdepan. Untuk
itu perlu pemahaman yang lebih baik tentang pengenalan, dan penanganan dari
kasus keracunan akut.
Supaya terhindar dari keracunan kita harus bisa memilih
makanan. Pilihlah makanan yang terlihat baik diluar maupun didalam, hindari makanan
yang warnanya terlalu pekat, aromanya yang sangat tajam dan berbeda dengan
aroma aslinya seperti bau busuk, jangan memakan makanan yang sudah melebih
batas sewajarnya.
Daftar Pustaka
Arisman.2009.Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunana makanan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
Arisman.2009.Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunana makanan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
Bakta, Made dan I. Ketut Suastika.1999.Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudarma, Momon.2008.SOSIOLOGI UNTUK KESEHATAN.Jakarta:Penerbit SALEMBA MEDIKA
No comments:
Post a Comment